Mengetahui Disonansi Kognitif dalam Proses Pemasaran dan Contohnya
Disonansi kognitif adalah konflik internal yang dialami seseorang ketika keyakinan dan pendapat mereka bertabrakan, dan ini juga terjadi dalam proses pemasaran.
Seorang marketer yang dapat menyelesaikan konflik semacam itu dapat membantu konsumen memilih produk merek mereka. Jika Anda seorang pemasar, memahami disonansi kognitif dapat menjadi faktor penting dalam membantu Anda menciptakan pesan merek yang efektif.
Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu disonansi kognitif, bagaimana penerapannya dalam pemasaran, dan cara-cara yang bisa dilakukan oleh seorang marketer untuk menggunakan disonansi kognitif dalam kampanye pemasaran, termasuk contoh-contohnya.
Apa itu disonansi kognitif?
Disonansi kognitif adalah ketika dua ide atau keyakinan bertentangan. Ketika disonansi kognitif muncul, orang biasanya ingin menyelesaikan konflik tersebut. Dalam banyak kasus, orang dapat menyelesaikan perasaan yang bertentangan ini dengan sendirinya.
Berikut ini adalah jenis-jenis utama disonansi kognitif:
- Ketidakkonsistenan logis dan internal
- Konflik antara sikap dan perilaku seseorang
- Keyakinan yang dipegang teguh yang terbukti salah
Disonansi kognitif dapat terjadi dalam banyak situasi. Sebagai contoh, mungkin Anda adalah orang yang hemat, tetapi Anda ingin membeli mobil baru yang mahal.
Dalam hal ini, keinginan untuk berhemat bertentangan dengan keinginan untuk membeli mobil baru. Demikian pula, seseorang mungkin merupakan pendukung seumur hidup dari sebuah tim olahraga, tetapi juga menyukai pemain di tim lawan.
Baca juga: Cara Mengumpulkan Feedback Pelanggan dan Tips Meningkatkannya
Apa yang dimaksud dengan disonansi kognitif dalam pemasaran?
Dalam pemasaran, disonansi kognitif berhubungan dengan ekspektasi konsumen, perasaan terhadap merek, dan logika internal ketika memutuskan untuk membeli sesuatu.
Maarketer mencoba untuk menyadari potensi konflik atau ekspektasi yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Bagi seorang pemasar, jika disonansi kognitif melibatkan pembelian produk mereka, mereka biasanya ingin menyelesaikan konflik tersebut demi apa yang ingin mereka jual.
Cara mengatasi disonansi kognitif dalam pemasaran
Pemasar dapat berusaha menyelesaikan disonansi kognitif pada konsumen melalui berbagai strategi. Terkadang, strategi tersebut melibatkan penyelesaian kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri konsumen, atau membedakan produk mereka dari produk pesaing. Berikut adalah lima langkah untuk menggunakan disonansi kognitif dalam pemasaran:
1. Mendorong keyakinan konsumen
Mengajak konsumen untuk memperkuat keyakinan yang dipegang teguh adalah salah satu taktik yang dapat digunakan oleh pemasar untuk mengatasi potensi disonansi kognitif.
Dengan memperkuat keyakinan internal, sebuah kampanye dapat mengatasi tantangan potensial terkait keputusan konsumen. Keyakinan tersebut dapat berupa citra diri, seperti menarik pandangan seseorang tentang diri mereka sendiri sebagai orang yang cerdas dan kemudian memposisikan produk perusahaan sebagai pilihan yang cocok untuk konsumen yang cerdas.
2. Gunakan tone yang konsisten
Jika kampanye pemasaran konsisten dengan ekspektasi konsumen, hal ini dapat memberikan efek positif bagi pelanggan.
Misalnya, jika sebuah merek biasanya menggunakan nada yang ramah dan santai dalam materi pemasarannya, membuat kampanye iklan yang ceria dapat menarik konsumen dan membantu mereka mengatasi disonansi kognitif.
Logo, warna, dan pesan dapat berkontribusi pada tonr kampanye.
Baca juga: 11 Cara Untuk Meningkatkan Customer Experience
3. Sertakan fakta yang relevan
Memberikan informasi faktual kepada konsumen yang sesuai dengan keyakinan mereka adalah cara lain yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi disonansi kognitif.
Testimoni, studi independen, dan pendapat para ahli adalah metode yang dapat digunakan perusahaan dalam kampanye pemasarannya.
Taktik ini menarik bagi sisi pengambilan keputusan rasional konsumen dan dapat meyakinkan mereka bahwa merek perusahaan tertentu adalah pilihan yang tepat.
4. Menarik emosi dan perhatian
Marketer biasanya ingin konsumen memiliki emosi positif yang terkait dengan produk mereka. Mereka mungkin juga ingin mengatasi keraguan atau kecemasan yang dimiliki konsumen.
Daya tarik emosional dapat memungkinkan mereka untuk melawan pengambilan keputusan rasional yang mungkin menjadi penghalang bagi tindakan pembelian konsumen.
Misalnya, sebuah kampanye mungkin berusaha untuk membuat konsumen merasa lebih positif tentang suatu produk dengan menyoroti fitur-fiturnya yang unik. Hal ini dapat membuat konsumen mengabaikan perasaan cemas akan harga dan membeli produk tersebut.
5. Mengatasi pain point
Pain point adalah sesuatu yang mungkin membuat konsumen tidak dapat mengambil keputusan. Biasanya, pain point adalah suatu bentuk kecemasan tentang suatu produk, menyangkut masalah seperti harga atau umur panjangnya.
Melalui penelitian, marketer sering kali mempelajari apa yang menghalangi konsumen untuk membeli produk tertentu. Marketer kemudian dapat mencoba menyelesaikan masalah tersebut melalui pesan merek.
Baca juga: Perbedaan Remarketing dan Retargeting dalam Proses Pemasaran
Contoh disonansi kognitif dalam pemasaran
Berikut adalah lima contoh disonansi kognitif dalam pemasaran:
1. Contoh mata kuliah di universitas
Sebuah universitas memperluas pilihan kursus online-nya. Demografi yang ingin disasar oleh universitas tersebut adalah orang dewasa di atas usia 45 tahun.
Demografi ini kurang nyaman dengan opsi pendidikan online dan mungkin tidak memilih untuk mendaftar, meskipun mereka menginginkannya dan itu lebih mudah daripada opsi tatap muka.
Universitas ini memfokuskan kampanye pemasarannya pada kemudahan teknologinya, termasuk testimoni dari orang-orang dalam demografi usia yang ditargetkan dan menyoroti aspek-aspek positif dari program online-nya, seperti harga dan instruktur yang berkualitas.
2. Contoh mobil listrik
Sebuah mobil baru yang sepenuhnya bertenaga listrik muncul di pasar. Konsumen tertarik untuk membeli mobil tersebut, namun mereka khawatir tentang berapa jarak tempuh yang bisa mereka dapatkan dari mobil tersebut.
Produsen mobil membuat kampanye pemasaran yang berusaha mengatasi kecemasan ini dengan menggunakan studi untuk menunjukkan berapa jarak tempuh yang bisa dicapai mobil tersebut.
Baca juga: 10 Teknik Pemasaran Terbaik yang Bisa Anda Gunakan
3. Contoh perawatan kesehatan
Sebuah perusahaan perawatan kesehatan di rumah memiliki pilihan dua kampanye pemasaran potensial. Satu kampanye bernada humor, sementara kampanye lainnya bernada lebih serius dan sentimental tentang merawat orang yang dicintai.
Masing-masing memiliki daya tarik emosional, namun yang kedua memiliki nada yang konsisten dengan harapan konsumen. Menggunakan kampanye kedua memungkinkan perusahaan untuk mencegah terjadinya disonansi kognitif pada konsumen karena kampanye tersebut selaras dengan ekspektasi merek pelanggan.
4. Contoh citra diri
Sebuah perusahaan akan merilis kendaraan off-road berpenggerak empat roda yang baru. Perusahaan membuat kampanye pemasaran yang berusaha untuk memperkuat citra diri seseorang yang suka berpetualang.
Kampanye ini menampilkan kendaraan tersebut sebagai jenis produk yang akan dimiliki oleh orang yang suka berpetualang.
5. Contoh sepatu olahraga
Sepatu olahraga dari sebuah perusahaan harganya sedikit lebih mahal daripada produk pesaing di pasaran. Hal ini karena perusahaan membuat sepatu ketsnya menggunakan bahan yang lebih baik dan menyediakan lebih banyak pilihan warna.
Konsumen mempertimbangkan harga dan kualitas saat membeli sepatu kets, sehingga perusahaan sepatu membuat kampanye pemasaran yang menekankan perbedaan kualitas untuk menyelesaikan konflik internal mengenai harga yang tinggi.
Baca juga: Tujuan Pemasaran dan Juga Contohnya dalam Bisnis
Kesimpulan
Jadi, itulah pembahasan mengenai disonansi kognitif dalam pemasaran. Ini merupakan ketidakcocokan antara keyakinan, nilai, atau sikap konsumen dengan tindakan yang dilakukan oleh mereka dalam membeli produk atau jasa tertentu.
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya disonansi kognitif meliputi keputusan yang kompleks, ketidakpastian, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Konsekuensi negatif dari disonansi kognitif adalah keputusan untuk tidak membeli kembali produk atau jasa, serta dampak buruk pada citra merek dan kepuasan pelanggan.
Solusi untuk menghindari disonansi kognitif meliputi menyediakan informasi yang jelas dan akurat tentang produk atau jasa, memperbaiki kualitas produk atau jasa, dan memperkuat hubungan dengan pelanggan.
Contoh kasus yang disajikan dalam artikel ini menunjukkan bahwa disonansi kognitif dapat terjadi dalam berbagai situasi pemasaran, dan perusahaan harus mengambil tindakan untuk menghindari atau mengurangi dampaknya.
Pemahaman tentang disonansi kognitif dalam pemasaran penting bagi praktisi dan akademisi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan memperkuat citra merek.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya disonansi kognitif, serta solusi-solusi yang dapat diambil untuk menghindarinya.