Saham VS Reksadana. Mana yang Lebih Baik?

Bagi investor pemula pasti bingung ketika menentukan saham atau reksadana. Setidaknya 3 aspek penting berikut harus diperhatikan ketika hendak berinvestasi. Saham vs reksadana, beli yang mana? Aspek itu meliputi risiko yang siap ditanggung, return yang dikehendaki, dan biaya yang siap dibayar.

Mekanisme saham dan reksadana berlainan. Untuk reksadana, aset milik investor dilakukan diversifikasi yaitu dengan menempatkan ke sejumlah jenis instrumen investasi berbeda.

Investasi di reksadana cenderung save sebab investor masih punya investasi lain yang ditempatkan di perusahaan berbeda. Sementara saat investor membeli saham, itu artinya aset cuma dialokasikan ke satu emiten.

Pada artikel ini kita akan membahas secara mendalam berbagai Faktor yang harus diperhitungkan sebelum menentukan akan membeli saham atau reksadana.

Perbedaan Mendasar Saham dan Reksadana

Ketika membeli saham, berarti investor mempunyai bukti kepemilikan atas perusahaan itu. Saham biasanya membagikan dividen yang diberikan per kuartal atau per tahun. Tidak cuma itu, investor pun bisa memperoleh profit ketika menjual lagi saham itu.

Ketika harga pembelian lebih murah dibanding harga jual, otomatis investor akan mendapatkan profit. Untuk melakukan pembelian saham bisa mengikuti referensi ini.

Sementara reksadana merupakan akumulasi produk investasi yang ditangani manajer investasi yang dapat berbentuk saham, surat utang, obligasi hingga deposito.

Ketika berinvestasi di saham, investor dapat menentukan sendiri tipe emiten menurut kriteria tertentu. Investor pun dapat menetapkan strategi yang dikehendaki misalnya akan menyimpan sahamnya untuk jangka panjang atau sebaliknya short term dengan trading.

Sedangkan pada reksadana, tenor investasi berdasarkan jenis yang dibeli. Apabila investor memesan reksadana pasar uang, itu artinya investasi ditargetkan untuk jangka pendek yaitu kurang dari 2 tahun. Reksadana saham dimaksudkan untuk investasi jangka panjang lebih dari 7 tahun.

Tingkat Return

Investasi saham lebih berisiko dibanding membeli reksadana. Karena risiko tinggi itu, tentu wajar apabila investor akan mencari return lebih besar. Sedangkan membeli reksadana cenderung aman sebab modal investor ditangani secara profesional oleh manajer investasi.

Tiap keputusan mengenai produk investasi yang hendak dibeli misalnya atau komposisi jenis investasi dilakukan manajer investasi. Reksadana pun menggunakan diversifikasi untuk meminimalisir resiko.

Lama Belajar Investasi

Investor pun harus mempertimbangkan lama waktu yang diperlukan dalam menguasai teknik investasi. Sebelum berinvestasi di saham, untuk itu investor harus mengenali tiap emiten dengan mempelajari laporan keuangan yang dikeluarkan.

Investor pun mesti mengerti kondisi ekonomi makro dan pengaruhnya terhadap industri atau emiten yang sahamnya akan dibeli. Sementara bila akan membeli reksadana maka tak perlu menyediakan waktu lama dalam mempelajari emiten.

Langkah yang mesti diambil yaitu menyeleksi produk investasi berdasarkan tujuan jangka waktu investasi ditambah profil risiko yang dimiliki. Lalu juga membeli reksadana yang ditangani manajer investasi profesional.

saham reksadana 2

Biaya yang Harus Ditanggung

Beda antara saham vs reksadana pun dilihat dari biaya. Mengingat reksadana ditangani manajer investasi, tentu ada berbagai biaya yang dibebankan, sesuai jenis reksadana.

Umpamanya, sejumlah reksadana memberlakukan biaya saat investor hendak menjual reksadana yang dimilikinya, sementara lainnya memberlakukan fee saat investor membeli reksadana.

Ditemukan juga reksadana yang tanpa dikenakan fee saat disimpan untuk waktu tertentu. Untuk uruan pajak, reksadana merupakan satu-satunya instrumen investasi yang tak dipungut pajak secara langsung dari hasil keuntungan yang diperoleh.

Jadi kalkulasi pajak untuk reksadana telah dilunasi ketika perhitungan nilai aktiva bersih (NAB) sebagai selisih dari jumlah aset reksadana (apakah itu kas, saham, obligasi, atau deposito) dengan kewajiban atau beban reksadana.

Sedangkan saat investor investasi di saham maka dibebankan biaya pajak final berdasarkan aturan Undang-Undang PPh Pasal 4 ayat 2 sebanyak 0,1 % dari nilai bruto transaksi penjualan saham di bursa efek (itu umumnya telah dimasukkan ke biaya penjualan ketika investor bertransaksi menjual saham.

Di samping itu bila investor memperoleh dividen, otomatis dikenakan kewajiban perpajakan yaitu pemotongan PPh dari dividen merujuk ke pasal 17 ayat 2 huruf c besarnya adalah 10 % dari pendapatan bruto (itu lazimnya pun langsung sudah dikurangi ketika dividen dibayarkan).

Berikut adalah artikel menarik lainnya yang bisa Anda baca:

Periode Pencairan

Beda antara saham dengan reksadana pun dapat dicermati untuk periode pencairan. Untuk saham cenderung cukup luwes sebab investor leluasa memutuskan akan membeli atau menjual saham kapan saja dikehendaki. Faktor itu tak seperti reksadana dimana waktu pencairan sudah ditentukan mulai 1 hingga tiga tahun.

Modal awal untuk berinvestasi di saham maupun reksadana hampir sama. Bisa dimulai dengan hanya Rp.100.000 saja. Dana untuk membeli saham tergantung dari tiga hal, meliputi harga saham emiten yang hendak dipesan, biaya transaksi dari broker, serta jumlah saham yang hendak dipesan.

Misalnya Januari 2020 seorang investor hendak memesan 2 lot (200 lbr) saham emiten A dengan harga Rp 1.000 / lbr. Sedangkan perusahaan broker menentukan fee transaksi sebanyak 0,3 persen.

Sehingga, jumlah dana yang dibutuhkan yaitu Rp 200.600. Detilnya yaitu Rp 200.000 sebagai biaya memesan saham (2 x 100 saham x Rp 1.000). Kemudian fee sebanyak Rp 600 yang diperoleh dari biaya transaksi 0,3 % x Rp 200.000. Dengan modal mulai Rp.100 ribu investor pun dapat memulai investasi di reksadana dengan mekanisme yang lebih mudah dan cepat.

Baca juga artikel berikut ini untuk mengetahui aplikasi saham terbaik di Indonesia.

Kesimpulan

Setelah membandingkan saham vs reksadana, investor tinggal menentukan yang mana yang paling sesuai. Apabila tergolong investor agresif, mau menerima resiko tinggi, tujuan investasinya adalah long term, mau meluangkan waktu dalam mempelajari seluk beluk emiten, itu artinya saham adalah investasi yang sesuai.

Akan tetapi apabila termasuk dalam investor yang tak punya pengalaman investasi, takut rugi, dan tidak punya modal besar untuk investasi, itu artinya reksadana adalah opsi yang paling tepat.