4 Jenis Opini Audit, Pengertian, dan Dampaknya dalam Bisnis
Opini audit adalah pernyataan yang disajikan oleh auditor independen yang mengungkapkan keaslian laporan keuangan perusahaan.
Karena opini ini menunjukkan kewajaran pelaporan keuangan perusahaan, para pemangku kepentingan perusahaan mengandalkannya untuk mengambil keputusan pembiayaan yang penting. Opini audit yang positif memperkuat hubungan antara perusahaan dan para pemangku kepentingannya.
Pada artikel kali ini kita akan membahas berbagai jenis opini audit dan dampaknya dalam kelangsungan bisnis Anda.
Apa itu opini audit?
Opini audit adalah kesimpulan atau pendapat yang diberikan oleh seorang auditor independen setelah melakukan audit terhadap laporan keuangan suatu entitas. Opini ini dirancang untuk memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada para pemakai laporan keuangan mengenai keandalan, keabsahan, dan kelayakan informasi yang terkandung di dalamnya.
Auditor independen adalah seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang mendalam dalam bidang akuntansi dan audit, namun tidak terkait dengan entitas yang diaudit. Mereka bertugas untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap laporan keuangan suatu entitas guna memastikan bahwa laporan tersebut disusun dengan standar yang tepat.
Setelah melakukan audit, auditor akan menyusun laporan audit yang berisi hasil temuan dan evaluasi mereka. Salah satu elemen penting dalam laporan audit ini adalah opini audit. Opini ini menggambarkan penilaian auditor terhadap kualitas laporan keuangan yang diaudit.
Baca juga: Pengertian Visual Merchandising, Strategi, dan Contohnya
4 Jenis opini audit dan contohnya
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Opini ini diberikan ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan disajikan dengan cara yang benar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ini adalah jenis opini yang paling baik dan diharapkan oleh suatu entitas.
Contoh kasus
Sebuah perusahaan manufaktur menjalani audit laporan keuangannya dan setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, auditor tidak menemukan masalah signifikan atau pelanggaran terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Oleh karena itu, auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian yang mengindikasikan bahwa laporan keuangan tersebut dapat diandalkan.
2. Opini Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Opini ini diberikan ketika auditor menemukan satu atau beberapa masalah yang mempengaruhi sebagian kecil laporan keuangan, namun secara keseluruhan laporan dianggap dapat diandalkan.
Contoh kasus
Sebuah perusahaan ritel mengalami kesulitan dalam menilai persediaan mereka dengan tepat. Auditor menemukan bahwa sistem persediaan perusahaan tersebut tidak memadai, tetapi tidak ada masalah serius lainnya dalam laporan keuangan.
Auditor memberikan opini dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan dapat diandalkan, namun ada masalah spesifik yang mempengaruhi penilaian persediaan.
3. Opini Adalah Pendapat Tidak Menentu (Disclaimer of Opinion)
Opini ini diberikan ketika auditor tidak dapat menyimpulkan dengan pasti apakah laporan keuangan dapat diandalkan atau tidak. Biasanya terjadi ketika auditor tidak dapat memperoleh cukup bukti atau informasi yang diperlukan untuk memberikan opini yang wajar.
Contoh kasus
Sebuah perusahaan kecil tidak dapat menyediakan dokumentasi yang memadai untuk mendukung beberapa transaksi material dalam laporan keuangan mereka. Auditor telah menghubungi pihak terkait namun masih tidak dapat memperoleh bukti yang cukup. Akibatnya, auditor tidak dapat memberikan opini yang pasti dan memberikan disclaimer of opinion.
4. Opini Ditolak (Adverse Opinion)
Opini ini diberikan ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan dengan cara yang benar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga tidak dapat diandalkan.
Contoh kasus: Sebuah perusahaan asuransi tidak mengikuti standar akuntansi yang berlaku dan menyajikan laporan keuangan yang menyembunyikan kerugian yang signifikan.
Auditor menemukan pelanggaran yang serius terhadap prinsip akuntansi dan menyimpulkan bahwa laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu, auditor memberikan opini ditolak.
Baca juga: 5 Dasar Audit Penjualan untuk Proses Penjualan yang Lebih Baik
Apa dampak jika mendapatkan opini audit yang negatif?
Mendapatkan opini audit yang negatif, seperti opini dengan pengecualian, disclaimer of opinion, atau opini ditolak, dapat memiliki dampak serius pada entitas yang diaudit. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
Kepercayaan publik menurun
Opini audit negatif dapat menyebabkan pemangku kepentingan seperti pemegang saham, investor, kreditur, dan pihak-pihak lain kehilangan kepercayaan pada entitas yang diaudit. Ini dapat mengakibatkan penurunan harga saham, sulitnya memperoleh pendanaan dari lembaga keuangan, atau kehilangan peluang bisnis.
Ketidakpastian dan keraguan
Opini audit negatif mencerminkan adanya ketidakpastian atau keraguan terhadap keandalan dan kualitas laporan keuangan. Ini dapat menyebabkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan, karena mereka mungkin meragukan kinerja keuangan dan keberlanjutan entitas tersebut.
Dampak hukum dan regulatori
Opini audit negatif dapat memicu investigasi lebih lanjut oleh otoritas pengatur dan regulator. Ini dapat berpotensi mengarah pada sanksi, denda, atau tindakan hukum terhadap entitas yang diaudit, terutama jika ada pelanggaran serius terhadap peraturan keuangan dan pelaporan.
Pengaruh terhadap pinjaman dan kredit
Opini audit negatif dapat mempengaruhi kemampuan entitas untuk memperoleh pinjaman atau kredit dengan syarat yang menguntungkan.
Lembaga keuangan mungkin mempertimbangkan opini audit tersebut sebagai indikator risiko tinggi dan membatasi akses ke sumber pendanaan.
Kehilangan peluang bisnis
Opini audit negatif dapat menciptakan persepsi negatif di kalangan mitra bisnis potensial. Ini dapat menyebabkan entitas kehilangan peluang bisnis atau kesempatan untuk menjalin kemitraan yang menguntungkan.
Tindakan perbaikan dan biaya tambahan
Opini audit negatif mungkin mengharuskan entitas untuk mengambil tindakan perbaikan dan memperbaiki kelemahan dalam sistem pengendalian internal, pelaporan keuangan, atau praktik akuntansi. Ini dapat menghasilkan biaya tambahan dalam hal pengembangan sistem, pelatihan karyawan, atau perevisian laporan keuangan.
Baca juga: Apa itu Audit Manajemen? Berikut Pembahasan Lengkapnya
Lalu, bagaimana cara memperbaiki opini audit yang negatif?
Untuk memperbaiki opini audit yang negatif, entitas harus mengambil langkah-langkah berikut:
Identifikasi dan perbaiki masalah
Entitas harus bekerja sama dengan auditor untuk memahami dan mengidentifikasi masalah yang menyebabkan opini audit negatif.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan kebijakan akuntansi, pengendalian internal, atau penyajian informasi keuangan. Setelah masalah diidentifikasi, entitas harus mengambil tindakan perbaikan yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut.
Tingkatkan pengendalian internal
Entitas harus memperkuat sistem pengendalian internalnya. Hal ini melibatkan evaluasi dan peningkatan kebijakan, prosedur, dan praktik yang berkaitan dengan pelaporan keuangan. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa entitas memiliki pengendalian yang efektif untuk mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki kesalahan atau kecurangan yang mungkin terjadi.
Tinjau ulang kebijakan akuntansi
Entitas harus mengkaji kembali kebijakan akuntansi yang digunakan. Jika kebijakan tersebut tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak mencerminkan transaksi dengan benar, entitas harus merevisi kebijakan tersebut sesuai dengan persyaratan yang relevan.
Lakukan pemeriksaan internal
Entitas dapat memperkuat kontrol internal dengan melakukan pemeriksaan internal yang teratur. Pemeriksaan ini akan membantu mengidentifikasi potensi masalah sebelum proses audit eksternal dilakukan. Hasil pemeriksaan internal dapat digunakan untuk mengimplementasikan perbaikan yang diperlukan.
Tingkatkan transparansi dan komunikasi
Entitas harus meningkatkan transparansi dan komunikasi dengan pemangku kepentingan. Ini dapat dilakukan dengan memperbaiki penyajian informasi keuangan, menyediakan penjelasan yang jelas tentang masalah yang telah diatasi, dan secara aktif berkomunikasi dengan pemangku kepentingan mengenai upaya perbaikan yang dilakukan.
Rekonsiliasi dengan auditor
Setelah entitas telah mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan, penting untuk berkomunikasi dengan auditor secara terbuka dan memperjelas langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi. Entitas harus memastikan bahwa auditor memiliki informasi yang memadai dan cukup untuk membentuk pendapat yang lebih positif dalam audit berikutnya.
Baca juga: Audit: Pengertian Lengkap, Jenis, Manfaat dan Cara Menjadi Auditor
Bagaimana kita mengetahui opini audit di suatu perusahaan?
Berdasarkan peraturan hukum di Indonesia, opini audit suatu perusahaan biasanya terdokumentasi dalam laporan audit yang diterbitkan oleh auditor independen yang telah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Laporan audit ini biasanya mencakup opini auditor tentang laporan keuangan yang diaudit.
Laporan audit perusahaan umumnya disusun oleh auditor independen yang terdaftar di Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Auditor independen ini bertugas untuk melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini mengenai keandalan laporan keuangan tersebut.
Laporan audit yang mencakup opini audit biasanya disampaikan kepada pemangku kepentingan perusahaan, termasuk pemegang saham, pihak berkepentingan eksternal, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan ini biasanya dapat diakses melalui situs web perusahaan, portal OJK, atau dalam laporan tahunan perusahaan yang diterbitkan dan disebarluaskan kepada publik.
Selain itu, dalam laporan tahunan perusahaan yang diterbitkan, biasanya terdapat ringkasan dari opini audit yang diberikan oleh auditor independen. Ringkasan ini memberikan gambaran singkat tentang opini audit tersebut, apakah opini tersebut wajar tanpa pengecualian, dengan pengecualian, ditolak, atau opini tidak menentu (disclaimer of opinion).
Penting untuk mencermati laporan audit perusahaan dan membaca dengan seksama opini auditor independen untuk memahami penilaian mereka mengenai laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang keandalan dan kualitas informasi keuangan yang disajikan oleh perusahaan tersebut.
Baca juga: Pengertian Audit Keuangan, Proses dan Fungsinya untuk Bisnis
Apakah ada sanksi yang diberlukan jika hasil opini audit tidak tercantum?
Ya, dalam konteks peraturan hukum di Indonesia, ketika hasil opini audit tidak tercantum atau tidak disampaikan, dapat ada sanksi yang diberlakukan terhadap entitas yang diaudit dan/atau auditor independen yang bertanggung jawab atas audit tersebut. Beberapa sanksi yang mungkin diterapkan adalah sebagai berikut:
Sanksi administratif
Otoritas yang berwenang, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau Kementerian Keuangan, dapat memberikan sanksi administratif kepada entitas yang tidak menyampaikan hasil opini audit dalam laporan keuangannya. Sanksi tersebut dapat berupa denda, peringatan, teguran tertulis, atau larangan tertentu terhadap kegiatan perusahaan.
Diskualifikasi auditor
Jika auditor independen tidak menyampaikan hasil opini audit dengan tepat atau melanggar persyaratan atau standar audit yang berlaku, auditor tersebut dapat menghadapi sanksi diskualifikasi. Diskualifikasi dapat berarti pencabutan izin atau pembatasan kemampuan auditor untuk melaksanakan audit di masa mendatang.
Tanggung jawab hukum
Entitas yang tidak memasukkan hasil opini audit dalam laporan keuangannya juga dapat menghadapi tanggung jawab hukum. Ini dapat berarti tuntutan hukum oleh pihak-pihak yang dirugikan, seperti pemegang saham atau pihak berkepentingan lainnya, yang merasa bahwa mereka didorong atau didesinformasikan oleh ketidaktransparan informasi keuangan.
Dampak reputasi
Tidak mencantumkan hasil opini audit dalam laporan keuangan dapat memiliki dampak serius pada reputasi entitas yang diaudit. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan dari pemangku kepentingan dan dapat mempengaruhi hubungan bisnis serta kredibilitas perusahaan di pasar.
Penting untuk memahami bahwa sanksi yang diberlakukan dapat bervariasi tergantung pada peraturan hukum yang berlaku dan berbagai faktor yang berkaitan dengan kasus spesifik.
Oleh karena itu, entitas dan auditor independen harus mematuhi persyaratan hukum yang berlaku dan memastikan ketaatan terhadap standar audit yang relevan untuk menghindari sanksi dan konsekuensi yang mungkin timbul akibat ketidakpatuhan.
Baca juga: Tips dan Tahapan Mencari Investor untuk Anda Pemilik Bisnis
Memahami itikad baik dalam opini audit
Dalam konteks opini audit, “itikad baik” mengacu pada pendekatan yang diambil oleh auditor independen saat melakukan audit laporan keuangan suatu entitas. Itikad baik menggambarkan bahwa auditor menjalankan tugasnya dengan penuh kejujuran, objektivitas, dan profesionalisme untuk memverifikasi keandalan dan keabsahan informasi keuangan yang disajikan dalam laporan tersebut.
Dalam melakukan audit, auditor berupaya secara hati-hati dan cermat untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan memadai guna menilai apakah laporan keuangan entitas tersebut mencerminkan secara wajar posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas perusahaan pada periode yang diaudit.
Dalam menyampaikan opini audit, auditor akan mempertimbangkan temuan audit dan mengevaluasi apakah ada kekurangan atau ketidakpatuhan yang signifikan dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi opini auditor. Jika auditor percaya bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar, dengan memperhatikan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, maka auditor akan memberikan opini audit yang positif, seperti “Opini Bersih” atau “Opini Wajar Tanpa Pengecualian”.
Namun, jika auditor menemukan adanya kekurangan atau ketidakpatuhan yang signifikan dalam laporan keuangan, tetapi entitas tersebut berupaya memperbaikinya atau memberikan penjelasan yang memadai, auditor dapat memberikan opini audit dengan pengecualian, yang mengindikasikan bahwa laporan keuangan tersebut sebagian besar mencerminkan secara wajar, namun dengan pengecualian tertentu.
Baca juga: Akuntansi Persediaan: Definisi, Fungsi, Metode Pencatatan, dan Contohnya
Contoh kasus terkait opini audit negatif
Salah satu contoh perusahaan di Indonesia yang pernah terkena sanksi terkait opini audit adalah PT Bank Century Tbk. Pada tahun 2008, PT Bank Century Tbk menghadapi krisis keuangan dan ditemukan adanya praktik-praktik yang meragukan dalam pengelolaan perusahaan. Auditor independen dari perusahaan akuntan publik yang bertanggung jawab atas audit Bank Century memberikan opini “Ditolak” terhadap laporan keuangan tahunan bank tersebut.
Akibat dari opini audit yang ditolak tersebut, Bank Century menghadapi konsekuensi serius, termasuk penanganan restrukturisasi dan pengawasan oleh otoritas terkait, yaitu Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kasus ini menjadi sorotan publik dan melibatkan proses hukum yang kompleks serta tindakan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat.
Baca juga: Cara Menghitung Varians Volume Penjualan Beserta Contohnya
Kesimpulan
Opini audit adalah pendapat resmi yang diberikan oleh auditor independen setelah melakukan audit terhadap laporan keuangan suatu entitas. Opini ini mencerminkan penilaian auditor terhadap keandalan dan keabsahan informasi keuangan yang disajikan dalam laporan. Terdapat beberapa jenis opini audit, termasuk opini bersih, opini dengan pengecualian, opini ditolak, dan opini tidak menentu.
Mendapatkan opini audit negatif dapat memiliki dampak serius bagi perusahaan, seperti kehilangan kepercayaan pemangku kepentingan, penurunan reputasi, kesulitan dalam memperoleh pembiayaan, dan potensi tuntutan hukum. Untuk memperbaiki opini audit negatif, perusahaan perlu mengidentifikasi penyebab opini tersebut, memperbaiki kekurangan yang ada, dan memastikan kepatuhan terhadap standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang berlaku.
Informasi mengenai opini audit suatu perusahaan biasanya terdokumentasi dalam laporan audit yang diterbitkan oleh auditor independen dan dapat diakses melalui situs web perusahaan, portal OJK, atau dalam laporan tahunan perusahaan yang diterbitkan dan disebarluaskan kepada publik.
Jika hasil opini audit tidak tercantum atau tidak disampaikan, dapat ada sanksi yang diberlakukan terhadap entitas yang diaudit dan/atau auditor independen yang bertanggung jawab atas audit tersebut. Sanksi tersebut dapat berupa sanksi administratif, diskualifikasi auditor, tanggung jawab hukum, dan dampak reputasi.